![]() |
masjid Ratu Safiya |
Cairo, 28 September 2012
Pagi itu, musim gugur di Kairo mulai menghangat, sehangat fikiranku semalam tentang sebuah dunia yang indah di tepian selat Bosporus sana. Suq sayyarot, atau pasar mobil terlihat ramai, dijejali oleh ratusan mobil yang siap menawarkan harga miring kepada calon pembeli, jika beruntung. Bola matahari di petala langit pun tidak lagi menghembuskan hawa panas yang menggila seperti beberapa minggu sebelumnya. Angin yang berhembus dari kawasan Masbaq, Saqr el Quraisy, Tub el Ramli, dan daerah-daerah tandus di belakang Distrik 10th membawakan angin segar dan menyejukkan, sesejuk ingatanku sore kemarin tentang wajah-wajah sensual gadis Venisia.
Burung merpati sesekali beterbangan di atap-atap apartemen, mengeluarkan suara kepakan sayap yang membuat musim gugur menjadi semarak dan segar, sesegar memoriku tentang jari-jari lentik yang dimiliki oleh perempuan asal Ukrania itu, atau bibir ranum yang dimiliki gadis asal Albania sana. Dari kawasan Gamie, Distrik 10th, Aku berjalan bersama kawanku menuju dunia lain, dunia yang membuatku tak bisa tidur, dunia yang dipenuhi keindahan, kenikmatan, sekaligus diselubungi propaganda, hasutan, dan kebencian. surga dunia para sultan itu dikenal dengan nama Hareem.
Di bus, ingatanku masih saja melayang-layang tentang dunia itu, sesekali melintas pepatah yang mengatakan; “ di belakang laki-laki yang hebat terdapat seorang wanita yang hebat, tapi di belakang laki-laki yang lemah terdapat banyak wanita yang hebat.” Pepatah itu langsung menghempaskanku ke dunia lain, yaitu dunia kenikmatan dan surga para Sultan masa Turki Utsmaniyah, dunia yang tersembunyi dari publik, suci, tertutup dan merupakan forbidden area. Selain mencari keturunan melalui pernikahan legal, Para Sultan masa Utsmaniyah juga gemar memiliki banyak selir, tradisi ini juga sebelumnya didapati di benua Asia, seperti di China, Korea, Jepang dan Jawa. Perempuan yang masuk harem biasanya berasal atau didapati dari pasar budak masa itu, ada juga yang merelakan dirinya masuk harem, siapa tahu nasibnya beruntung dan bisa menjadi istri favorit Sultan.
Awalnya, gadis-gadis yang menjadi selir itu hanya akan menjadi sarana reproduksi, tapi lama-kelamanaan peran mereka akan semakin besar, terutama jika mereka beruntung dan bisa menghasilkan keturunan bagi “sultan”nya, lalu diangkat menjadi selir favorit. Nanti jika nasib memihaknya, anak yang dilahirkannya (laki-laki) akan diangkat menjadi putra mahkota Sultan, hal ini akan melejitkan posisinya yang tadinya selir, menjadi perempuan paling bergengsi dalam semesta kerajaan Usmaniyah, yaitu Valide Sultan, atau Ibu Sultan.
Kadinlar Sultanati, Masa Kekuasaan Perempuan masa Turki Utsmani
Sekitar dua abad kurang, dari abad 16 sampai awal 18 M , kerajaan Turki Utsmani dikuasai oleh beberapa perempuan yang memegang tali kendali negara, baik itu perpolitikan, ekonomi, ataupun pemegang kebijakan dan keputusan. Masa-masa ini dikenal dalam sejarah dengan nama Kadinlar Sultanati (Era Sultan Perempuan). Sultan masa-masa ini hanya menjadi boneka belaka, sementara ibu mereka (yang dulunya hanya selir) adalah pemegang kendali negara dan pengampu kekuasaan.
Para harem ini tidak semuanya pandai mengatur negara, bahkan mereka membawa benih kehancuran yang nantinya akan menenggelamkan kerajaan raksasa itu, aku jadi ingat kata-kata Sultan Usmani Terkenal, Sulaiman el Qonuni, ia pernah berkata;
” jika kamu menghendaki kerusakan sebuah kerajaan, maka jadikanlah perempuan sebagai pemegang kendalinya.”
![]() |
artis Turki Meryem Uzerli yang memerankan sosok Roxelana dalam Sinetron Harem Sultan |
Safiya, Dari Harem Menjadi Ibu Sultan
Sambil tersenyum geli mengingat sejarah tersebut, tak terasa langkah kami sudah semakin mendekati tujuan kami jum’at ini, yaitu Mesjid yang namanya mengabadikan salah satu harem yang berkuasa pada itu, yaitu Safiya, harem yang nantinya menjadi istri Sultan Murad III, berasal dari kota Kanal yang dikenal dengan julukan The Queen of Adriatik, Venisia.
Sebelum datang ke Istanbul, Safiya adalah seorang putri dari seorang terhormat, lahir tahun 1550 M dari seorang ayah yang juga hakim penting di pulau Corfu, Safiya juga merupakan kerabat dekat dari Giorgio Baffo, seorang penyair dan senator Venesia terkenal. Suatu hari, Safiya yang waku itu berumur 14 tahun tengah berlayar dengan sebuah perahu bersama teman-teman seumurnya hendak menuju kediaman ayahnya, tiba-tiba ia dicegat oleh bajak laut, Safiya akhirnya dijadikan budak oleh mereka dan dijual di pasar Istanbul, Turki. Safiya dibeli oleh suruhan Sultan Murad III dan tertarik kepadanya, Ia pun menikahi gadis pemeluk kristen katolik tersebut.
Sejarawan menuliskan tentang Safiya bukan hanya karena kecantikannya yang khas Venisia, juga bukan hanya karena kecerdikannya, tapi juga karena kelicikan dan kekejamannya. Ketika menjadi harem, Safiya mendapatkan kedudukan tinggi karena kecantikan dan sosoknya yang menyenangkan . Ketika Safiya melahirkan Muhamad, ia akhirnya menjadi istri remi Sultan Murad III dan dijuluki Sultona Shafiya, atau Ibu Sultan. Safiya harus bersaing dengan dua harem pesaingnya, yaitu Nur Banu yang keturunan Yahudi, dan Asma, adiknya Sultan.
Kelicikan Safiya terlihat ketika ia menyuruh anaknya, Muhamad untuk pergi ke ruang singgasana guna menerima duka sakaratul maut ayahnya. Tapi, ketika memasuki ruangan, Muhamamd tidak mendapti siapa-siapa di sana, ke-18 saudaranya tidak satupun hadir. Ia pun bertanya kepada ibunya, ibunya menjawab mereka sudah pergi lebih dulu ke kuburan guna menyambut jasad ayahnya. Tapi itu hanya muslihat, malam harinya Safiya beserta pesuruhnya membunuh semua anak-anak Sultan Murad yang berjumlah 18 orang itu, supaya singgasana hanya diberikan kepada anaknya saja. Safiya mengirim ke-18 mayat itu ke kuburan supaya dikebumikan lebih dahulu sebelum jasad Sultan Murad tiba ke sana.
Muhamad III hanya menjadi boneka, yang sebenarnya memangku urusan negara adalah ibunya, bahkan ketika anaknya meninggal, Safiya berusaha menguasai cucunya, Ahmad III. Tapi Ahmad sudah tahu kelicikan neneknya ini, ia akhirnya mengasingkan perempuan cantik tapi licik itu ke istana yang dibuatkan khusus untuknya di dekat selat Bosporus. Istanbul akhirnya bisa terlepas dari genggaman tangan Safiya yang penuh darah itu, meninggalkan luka dan aib bagi kerajaan islam yang namanya mengaum di seantero dunia kala itu.
Ketika Safiya dipecat, ia ingin mencari sarana untuk melanggengkan namanya, ia ingin namanya kembali dikenang. Akhirnya ia memerintahkan budaknya yang bernama Utsman Agha bin Abdullah untuk membangun mesjid untuknya bukan di Istanbul, tapi di Kairo, Mesir. Agha yang dulunya menjadi budak kasim itu, pergi ke kairo dan membangun Mesjid untuk Safiye pada tahun 1610. Namun, Utsman Agha meninggal sebelum mesjid selesai dibangun. Safiya memerintahkan Abdul Raziq Agha bin Abdul Halim, untuk menyempurnakan pembangunan mesjid. Sekarang, ada papan yang akan memberi tahu pengunjung mesjid ini, bahwa yang membangunnya adalah perempuan bernama Safiya, di bawah pengawasan Ismail Agha.
Mesjid Maleka Safiya
Memasuki mesjid ini, aku bersama kawanku langsung diserang memori-memori tentang harim, nuansa forbidden area masa harem seakan aku rasakan dari setiap sudut mesjid yang warnanya sudah pucat ini. Keindahan dunia terlarang itu serasa aku rasakan di setiap dinding mesjid yang penuh debu dan tua ini, menghempaskanku ke masa-masa ketika Turki Utsmani diperintah dan dikuasai bukan oleh laki-laki berkumis sangar atau berjenggot tebal, tapi oleh perempuan bermata biru, berparas bidadari, dan memiliki jari-jari lentik menggairahkan.
Mesjid ini adalah mesjid yang dibangun dengan gaya Turki Utsmani ketiga di Mesir, setelah mesjid Sulaiman Pasha di Citadel, dan mesjid Sinan Pasha di Bulaq.
Mesjid yang memiliki corak khas Usmani ini dibangun 4 meter dari permukaan tanah, untuk memasuki ketiga pintu mesjid ini, harus menaiki titian tangga berbahan batu sejumlah 16 lapis titian. Mesjid ini dibagi dua bagian, ada bagian yang disebut harem, dan sisanya disebut mesjid atau tempat sholat. Di bagian harem ini, terdapat halaman terbuka yang tidak terlalu luas, shahn ini mengingatkanku kepada bentuk-bentuk mesjid dan khanqah milik Dinasti Mamluk. Shahn dikeliling empat ruwaq kecil, bertiangkan batu dan marmer, ruwaq tersebut tertutup oleh kubah-kubah kecil bercorak khas Usmani yang menyerupai mesjid Muhammad Ali. Gaya kubah semacam ini mengikuti kubah yang ada di Mesjid Ahmad III di Istanbul. Bagian mesjid yang terletak di bagian timur, berbentuk ruangan segi empat, didalamnya terdapat enam tiang terbuat dari granit, diatasnya terdapat kubah besar, kubah ini terbilang jarang didapati di mesjid lain, karena tingginya yang mencapai 17 meter.
yang unik dan menarik perhatian adalah mimbar mesjid ini, murni terbuat dari marmer putih mengkilat, sangat elegan. di tambah di atas mihrab diselipi pecahan batu iznik asal Turki, memancarkan kemewahan dan kekayaan. warnanya biru mencolok, membuat kesegaran sendiri di ruwaq yang terbilang kurang cahaya ini.
Bagian muka mesjid ini tidak terlihat banyak taburan ornamen, bentuknya sederhana tanpa banyak didapati ukiran-ukiran rumit sebagaimana yang marak ditemui di mesjid Mamluk. Diatas mesjid, terdapat menara yang lumayan tinggi, menara itu sangat sederhana, berciri khas Usmani dengan memakai model menara lonjong tak bercorak rumit, ujungnya menyerupai pensil, model menara ini banyak didapati di hampir semua mesjid peninggalan Turki Usmani, seperti mesjid Agha Silahdar.
Mengenang cerita Safiya ini membuatku teringat cerita Sittil Muluk, kakak perempuan dari Khalifah Dinasti Syi’ah Fatimiyah ke-6, al-Hakim bi Amrillah. Ketika al-Hakim menderita penyakit nyentrik, ia ingin mengubah tradisi kekhalifahan Fatimiyah, dia mewasiatkan putra mahkota bukan kepada anaknya, tapi kepada keponakannya yang bernama Abdul Rahim Ilyas. Hal ini membuat rumah Fatimiyah goncang, dan mungkin bisa hancur karena perpecahan, jika saja bukan karena jasa Sittil Muluk. Ia bersama komplotannya menangkap Abdul Rahim Ilyas dan membunuhnya tanpa ampun ketika al-Hakim menyepi. Akhirnya dinasti Fatimiyah tidak jadi mewariskan kekuasaan kepada keponakan al-Hakim itu, melainkan kembali lagi kepada anaknya yang waktu itu berumur 16 tahun dan dijuluki al-Dzahir li I’zazillah.
![]() |
mimbar masjid terbuat dari marmer putih mengkilat |
Sambil meninggalkan Mesjid Malika Safiya, aku tak hentinya merasa heran, bagaimana bisa perempuan-perempuan itu begitu memiliki super power dan bisa menguasai kerajaan yang besar sekaligus. Tapi mungkin nasib mereka tidak mujur, perlahan kekuasaan yang mereka pegang malah membawa kerajaan menuju kehancuran. Sebagaimana yang terjadi di Turki Utsmani kala itu.
Kata-kata ini kembali terngiang;
“ di belakang laki-laki yang hebat terdapat seorang wanita yang hebat, tapi di belakang laki-laki yang lemah terdapat banyak wanita yang hebat.”
Mencari Surga Para Sultan
NB: photo-photo diambil oleh penulis, menggunakan kamera Canon PowerShot SX120 IS
suka nonton film hareem sultan juga ternyata yak khi
BalasHapushehhehe
ah,,pedah we aya artis geulis,,hehehe
Hapusbukannya yng istri sah itu harem (roxelena) ? kok di tulis yg istri sah mehidevran ?
BalasHapushttps://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/12/5-penyebab-bayi-sering-muntah-setelah.html
BalasHapushttps://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/12/kisah-pilu-di-balik-anak-5-tahun-yang.html
https://kokonatsutrrrrrrrrrrrrr.blogspot.com/2017/12/ilmuan-nasa-erupsi-gunung-agung-bisa.html
Tunggu Apa Lagi Guyss..
Let's Join With Us At vip99domino.com ^^
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
- BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
- Skype : Vip_Domino
- WHATSAPP : +62813-2938-6562
- LINE : DOMINO1945.COM
- No Hp : +855-8173-4523
iyaaa... cuma hurrem yg istri sah nya... klo mahidevran atau gulbahar itu belum sempat di nikahi dari beberapa artikel yang saya baca
BalasHapus